Sabtu, 18 Agustus 2018

Pramoedya Ananta Toer - Semua Anak Bangsa (Catatan dan Kutipan)


Dengan rendah hati aku mengakui; aku adalah bayi semua bangsa dari segala jaman, yang telah lewat dan yang sekarang. Tempat dan waktu kelahiran, orangtua, memang hanya satu kebetulan, sama sekali bukan sesuatu yang keramat.

Sepandai-pandai ahli yang berada dalam kekuasaan yang bodoh ikut juga jadi bodoh, Tuan.

Juga cinta, sebagaimana halnya dengan setiap benda dan hal, mempunyai bayang-bayang. Dan bayang-bayang cinta itu bernama derita. Tak ada satu hal pun tanpa bayang-bayang, kecuali terang itu sendiri.

Jangan kau kira bisa membela sesuatu, apalagi keadilan, kalau tak acuh terhadap azas, biar sekecil-kecilnya pun.

Betapa aneh kalau setiap kemuliaan dilahirkan di atas kesengsaraan yang lain.

Belajar berdiri sendiri! Jangan hanya jual tenaga pada siapapun! Ubah kedudukan kuli jadi pengusaha, biar kecil seperti apa pun; tak ada modal? Berserikat, bentuk modal! Belajar kerjasama! Bertekun dalam pekerjaan!

Penghinaan yang bodoh hanya akan memukul diri sendiri.

Kau pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin mereka itu terpelajar. Kau harus, harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu.

Pribumi Hindia, Jawa khususnya, yang terus-menerus dikalahkan di medan perang selama ratusan tahun, bukan saja dipaksa mengakui keunggulan Eropa, juga dipaksa merasa rendahdiri terhadapnya. Sedang Eropa, yang melihat Pribumi tidak mengidap penyakit rendahdiri nampak olehnya sebagai benteng perlawanan terhadapnya, yang juga harus ditaklukkan.

Jangan remehkan satu orang, apalagi dua, karena satu pribadi pun mengandung dalam dirinya kemungkinan tanpa batas.

Jangan agungkan Eropa sebagai keseluruhan. Di mana pun ada yang mulia dan jahat. Di mana pun ada malaikat dan iblis. Di mana pun ada iblis bermuka malaikat, dan malaikat bermuka iblis. Dan satu yang tetap abadi; yang kolonial, dia selalu iblis.

Kalau kau sudah mengetahui akar keiblisan kolonial, kau dibenarkan berbuat apa saja terhadapnya, kecuali bersekutu.

Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari.

Setiap bangsa yang terbelakang, dijajah oleh setiap dan semua yang lebih maju.

Ilmu pengetahuan modern memberikan inspirasi dan nafsu untuk menguasai: alam dan manusia sekaligus. Tak ada kekuatan lain yang bisa menghentikan nafsu berkuasa ini kecuali ilmu-pengetahuan itu sendiri yang lebih unggul, di tangan manusia yang lebih berbudi.

Semua yang dilahirkan memulai hidup tanpa mempunyai sesuatu kecuali tubuhnya dan nyawanya sendiri.

Barangsiapa muncul di atas masyarakatnya, dia akan selalu menerima tuntutan dari masyarakatnya; masyarakat yang menaikannya, atau yang membiarkannya naik.

Dokter didatangkan dari seluruh Jawa untuk menumpas. Pabrikgula besar tak boleh tumpas oleh cacar. Modal harus tetap hidup dan berkembang. Orang boleh mati.

Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangsiapa hanya memandang pada keceriaannya saja, dia orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, dia orang sakit.

Tidak seharusnya orang mesti melihat keceriaan dan derita sebagai satu keseimbangan. Kan kehidupan lebih nyata daripada pendapat siapa pun tentang kenyataan.

Dan pidato dalam tulisan adalah seburuk-buruknya tulisan.

Pengarang yang baik, seyogyanya dapat memberikan kegembiraan pada pembacanya, bukan kegembiraan palsu, memberikan kepercayaan, hidup ini indah. Jangan pembaca itu dijejali dengan penderitaan tanpa kepercayaan bahwa, seberat-berat penderitaan juga bisa dilawan, dan begitu dilalui bukan saja hilang bobotnya sebagai penderitaan, malah terasa sebagai lelucon. Berilah harapan pada pembaca Tuan. Menggiring diri sendiri ke sarang cacar sama gilanya dengan takluk pada sang penderitaan. Selama penderitaan datang dari manusia, dia bukan bencana alam, dia pun pasti bisa dilawan oleh manusia.

Orang bisa percaya pada segala yang tidak benar. Sejarah adalah pembebasan dari kepercayaan tidak benar, perjuangan melawan kebodohan, ketidaktahuan.

Satu-dua keterangan tidak benar di tangan seorang terpelajar akan bisa berkembang jadi kekacauan umum.

Pada suatu kali kau akan kecewa karena anggapanmu sendiri. Bukan dia yang menentukan ukuran. Dia hanya seorang di antara berjuta manusia diatas bumi ini. Dan setiap orang di antara yang berjuta punya hak berpendapat. Mengapa kau gusar? Mengapa kalau orang punya pendapat lain daripada pendapatmu, perasaanmu terganggu? Dia juga berhak punya pendapatnya sendiri.

Ada lagi orang mempercayakan hidupnya pada kekuasaan kapital. Puluhan tahun ia kembangkan modal, dari benih kecil jadi pohon beringin yang rimbun. Tiba-tiba diketahuinya modal itu bukan miliknya yang syah, hanya hasil penipuan semata.

Dalam kehidupan orang dibunuh oleh yang justru sangat mengenalnya. Dan orang-orang Aceh itu, berapa banyak yang sudah dibunuh oleh orang Eropa yang justru tahu banyak tentang mereka, bahkan tentang segala-galanya? Coba, siapa yang bikin dia miskin dan terusir dari tanahnya? Orang-orang yang lebih tahu, lebih banyak tahu tentang petani dan pertanian.

Lambat tapi pasti sorak-soraiku sendiri dan dunia akan datangnya jaman modern hanya satu kesia-siaan semata. Yang modern memang hanya alat-alatnya, dan caranya. Manusia tetap, tidak berubah, di laut, darat, di kutub, dalam kekayaan dan kemiskinan bikinan manusia sendiri.

Dan sepatu oleh orang-orang sederhana ini dianggap telah mewakili kekuasaan Eropa, dianggap senyawa dengan senapan dan miriam kompeni. Mereka lebih takut pada sepatu daripada belati dan parang, pedang ataupun keris, tombak. Mereka sudah berhasil dibikin sedemikian rendahnya, oleh bangsa Eropa, oleh pembesar-pembesar pribumi sendiri. Mereka sudah sedemikian penakutnya, ketakutan sebagai pesangon dari kekalahan terus-menerus selama tigaratus tahun di medan-perang menghadapi peradapan Eropa.

Jarak berabad! Inilah mungkin yang dikatakan oleh guru sejarah dulu: jarak sosial, boleh jadi juga jarak sejarah. Dalam satu bangsa, dalam satu asal makan dan asal minum, di atas satu negeri, bahkan dalam satu andong, bisa terjadi suatu jarak, belum atau tidak disebrangi.

Yang dikatakan Modal lebih daripada hanya uang. Sesuatu yang mujarad, abstrak, punya kekuasaan gaib atas benda-benda nyata. Semua yang menyebabkan segala yang berpencaran berkumpul, yang berkumpul berpencaran, yang cair jadi beku, yang beku dicairkan. Segala berubah bentuk dalam genggamannya. Yang basah dia bikin kering yang kering jadi basah. Dewa baru yang mengepal seluruh dunia. Membosankan memang, tapi nyata. Produksi, dagang, tetesan keringat, angkutan, hubungan, saluran, dan tak ada satu orang pun bebas dari satu kekuasaan, pengaruh dan perintahnya. Dan, cara berpikir, cita-cita, dibenarkan atau tidak, direstui atau tidak olehnya juga.

Kekuasaan yang tak berasal dari limpahan modal tidak ada sekarang ini. Yang demikian hanya bisa terjadi pada masyarakat pengembara di padang rumput, padang pasir, hutan belantara, dan savanna. Sepandai-pandai orang, dan Stevenson manusia ulung abad ini pun, takkan dapat berikan lokomotif pada dunia, kalau modal nihil. Hanya dengan modal dia dapat perintah mendung menggerakan gerbong yang puluhan meter panjang. Tanpa modal orang tak bisa perintah petir menghidupkan telegraf dan telepon. Tanpa modal, pembesar-pembesar itu tinggal jadi wayang kulit tanpa gapit.

Apa yang diajarkan oleh guru-guruku kini terancam jungkirbalik oleh sang Modal. Semua ditaklukkan olehnya juga; pribadi, masyarakat dan bangsa-bangsa. Yang tak mau takluk menyingkir dan melarikan diri. Raja-raja, balatentara, Presiden Amerika Serikat, Prancis, sampai pada pengemis didepan warung atau gereja, berada dalam genggamannya. Bangsa-bangsa yang menolak kekuasaan modal akan mati merana dan lumpuh tanpa daya. Masyarakat yang melarikan diri daripadanya akan menjadi masyarakat jaman batu. Semua harus menerimanya sebagai kenyataan, suka atau tidak.

Berbagai macam penduduk akan pengaruh-mempengaruhi sampai-sampai pada dapurnya. Kau sendiri mungkin sudah menyukai kecap, tahu, taoco, bakmi, bakso, hungkwee tanpa kau rasakan lagi sebagai pengaruh penduduk bangsa lain. Bukan hanya pribumi disini, juga bangsa-bangsa Eropa disana. Orang menggunakan sendok dan garpu, orang makan spaghetti dan macaroni, juga pengaruh dapur Tionghoa. Semua yang menyenangkan ummat manusia, semua yang mengurangi penderitaannya, kebosanannya, semua yang mengurangi kepayahannya, di jaman sekarang ini akan ditiru oleh seluruh dunia.

Sekali suatu golongan bangkit, suatu bangsa bangkit, kekuatannya takkan dapat dibendung lagi.

Seperti kapal ini. Semua dibikin oleh tukang dan insinyur pandai. Mesin-mesinnya dibikin oleh penemu-penemu mahapandai. Tapi semua itu milik sang Modal. Yang tak bermodal hanya akan jadi kuli, tidak lebih, biar kepandaiannya setinggi langit, lebih pandai dari dewa-dewa Yunani dan Romawi sekaligus.

Inikah jaman modern, jaman kemenangan modal? Mesin dan penemuan baru ternyata tak bisa bicara apa-apa. Manusia tetap yang dulu juga, ruwet dan pusing dengan nafsunya yang sama dan itu-itu juga, seperti dijaman wayang dulu.

Sahabat dalam kesulitan adalah sahabat dalam segala-galanya. Jangan sepelekan persahabatan. Kehebatannya lebih besar daripada panasnya permusuhan.

Barangsiapa keluar dari medan perang sebagai pemenang, kesulitan dan pekerjaan selebihnya akan terasa encer dalam timbangan dan anggapan.

Orang rakus harta-benda selamanya tak pernah membaca cerita, orang tak berperadaban. Dia takkan pernah perhatikan nasib orang. Apalagi orang yang hanya dalam cerita tertulis.

Siapa bilang bukan urusanku? Semua yang terjadi dibawah kolong langit adalah urusan setiap orang yang berpikir. Kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaaan dan berpikiran waras ikut tersinggung, kecuali orang gila dan orang yang memang berjiwa kriminil, biar pun dia sarjana.




Sabtu, 07 Juli 2018

Catatan dan Kutipan dari buku Bumi Manusia by Pramoedya Ananta Toer

Catatan dan kutipan ini diambil dari buku Bumi Manusia, sengaja saya catat dan share karena beberapa saya suka dan setuju. Diambil dari sebuah potongan paragraf dan dialog, sehingga ada kemungkinan keluar dari konteks dan makna keseluruhan. Jadi, jika ada yang merasa tersinggung atau tidak menerima sebaiknya langsung dibaca melalui buku lengkapnya.

------------

Dan di Eropa sana, orang sudah mulai membikin mesin yang lebih kecil dengan tenaga lebih besar.

Berterimakasihlah pada segala yang memberi kehidupan. Sekalipun dia hanya seekor kuda.

Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri, bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri.

Seorang terpelajar harus juga belajar berlaku adil sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan. Itulah memang arti terpelajar itu. 

Tak pernah aku mengadili tanpa tahu duduk perkara.

Kasihan hanya perasaan orang berkemauan baik yang tidak mampu berbuat. Kasihan hanya satu kemewahan atau satu kelemahan. Yang terpuji memang dia yang mampu melakukan kemauan-baiknya. 

Takkan ada perang yang bakal mereka menangkan. Apa arti parang dan tombak di hadapan senapan dan meriam?

Mereka membela apa yang mereka anggap jadi haknya tanpa mengindahkan maut. Semua orang, sampai pun kanak-kanak! Mereka kalah, tapi tetap melawan. Melawan, dengan segala kemampuan dan ketakmampuan. 

Seorang ibu yang bijaksana dan berwibawa memang dibutuhkan oleh setiap anak dan dara cantik tiada bandingan dibutuhkan oleh setiap pemuda.

Memerintah pekerja pun kau tidak bisa karena kau tak bisa memerintah dirimu sendiri. Memerintah diri sendiri kau tak bisa karena kau tak tahu bekerja.

Apa bisa diperoleh dalam hidup ini tanpa bea? Semua harus dibayar atau ditebus, juga sependek-pendek kebahagiaan. 

Manusia yang wajar mesti punya sahabat, persahabatan tanpa pamrih. Tanpa sahabat hidup akan terlalu sunyi.

Hidup bisa memberikan segala pada barang siapa tahu dan pandai menerima.

Anggaplah aku sebagai telornya yang telah jatuh dari petarangan. Pecah. Bukan telor yang salah.

Sedang ayam pun terutama induknya tentu, membela anak-anaknya, terhadap elang dari langit pun.

Kau harus kelihatan cantik. Muka yang kusut dan pakaian yang berantakan juga pencerminan perusahaan yang kusut-berantakan, tak dapat dipercaya.

Perempuan yang tak dapat merawat kecantikan sendiri, kalau aku lelaki, akan kukatakan pada teman-temanku: jangan kawini perempuan semacam itu; dia tak bisa apa-apa, merawat kulitnya sendiri pun tidak kuasa. 

Lagi pula pengakuan itu mempunyai banyak arti di tengah-tengah masyarakatmu sendiri. Kepentinganku sendiri tak perlu orang menilai, asal kalian mendapatkan apa seharusnya jadi hak kalian. 

Sekali dalam hidup orang mesti menentukan sikap. Kalau tidak, dia takkan menjadi apa-apa.

Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar pengelihatanmu setajam mata elang, pikiranmu setajam pisau cukur, peradabanmu lebih peka dari para dewa, pendengaraanmu dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput. 

Pada setiap awal pertumbuhan, semua hanya meniru. Setiap kita semasa kanak-kanak juga hanya meniru. Tetapi kanak-kanak itu pun akan dewasa, mempunyai perkembangan sendiri.

Apa guna belajar ilmu dan pengetahuan Eropa, bergaul dengan orang-orang Eropa, kalau akhirnya toh harus merangkak, beringsut seperti keong dan menyembah seorang raja kecil yang barangkali butahuruf pula?

Kepriyayian bukan duniaku. Peduli apa iblis diangkat jadi mantri cacar atau diberhentikan tanpa hormat karena kecurangan? Duniaku bukan jabatan, pangkat, gaji dan kecurangan. Duniaku bumi manusia dengan persoalannya. 

Semua lelaki memang kucing berlagak kelinci. Sebagai kelinci dimakannya semua daun, sebagai kucing dimakannya semua daging. 

Semakin tinggi sekolah bukan berarti semakin menghabiskan makanan orang lain. Harus semakin mengenal batas. Kalau orang tak tahu batas, Tuhan akan memaksanya dengan caraNya sendiri. 

Sahaya hanya ingin jadi manusia bebas, tidak diperintah, tidak memerintah. 

Tempuhlah jalan yang kau anggap terbaik. Hanya jangan sakiti orang tuamu, dan orang yang kau anggap tak tahu segala sesuatu yang kau tahu.

Begini mungkin kodrat perempuan. Dia menderitakan sakit waktu melahirkan, menderita sakit lagi karena tingkahnya. 

Kan baik belum tentu benar, juga belum tentu tepat. Malah bisa salah pada waktu dan tempat yang tidak cocok. 

Kan orang dikenal karena karyanya. Ratusan juta orang di atas bumi ini tidak berkarya yang membikin mereka dikenal, maka tidak dikenal.

Yang jagoan itu adalah nama untuk semangat, sikap, pandangan, yang mengutamakan syarat keilmuan, estetika dan effisiensi.

Pembunuhan karena cemburu soal asmara memang terjadi di seluruh dunia, sisa kehidupan hewani pada tubuh manusia. 

Gadis secantik apa pun takkan menarik kalau sakit.

Kodrat ummat manusia kini dan kemudian ditentukan oleh penguasaannya atas ilmu dan pengetahuan. Semua, pribadi dan bangsa-bangsa akan tumbang tanpa itu. Melawan pada yang berilmu dan pengetahuan adalah menyerahkan diri pada maut dan kehinaan. 

Gamelan itu lebih banyak menyanyikan kerinduan suatu bangsa akan datangnya seorang Messias. Merindukan, tidak mencari dan tidak melahirkan.

Setiap lelaki yang beristri lebih dari seorang pasti seorang penipu, dan menjadi penipu tanpa semau sendiri.

Entah dia pelukis, entah apa, entah pemimpin, entah panglima perang, adalah karena hidupnya disarati dan dilandasi pengalaman-pengalaman besar, intensif: perasaan, batin atau badan.

Tanpa pengalaman besar kebesaran seseorang khayali semata; kebesarannya dibuat karena tiupan orang-orang mataduitan.

Bangun dan sadar, kau, Puspita Surabaya! Apa kau tak tahu? Iskandar Zulkarnain, Napoleon pun akan berlutut memohon kasihmu? Bahwa untuk dapat menyentuh kulitmu mereka akan bersedia mengurbankan seluruh bangsa dan negerinya? Bangun, Puspitaku, karena kehidupan ini merugi tanpa kesaksianmu.

Kau akan berhasil dalam setiap pelajaran, dan kau harus percaya akan berhasil, dan berhasillah kau; anggap semua pelajaran mudah, dan semua akan mudah; jangan takut pada pelajaran apa pun, karena ketakutan itu sendiri kebodohan awal yang akan membodohkan semua.

Suatu masyarakat paling primitif pun, misalnya di jantung Afrika sana, tak pernah duduk di bangku sekolah, tak pernah melihat kitab dalam hidupnya, tak kenal baca-tulis, masih dapat mencintai sastra, walau sastra lisan.

Kalian boleh maju dalam pelajaran, mungkin mencapai deretan gelar kesarjanaan apa saja, tapi tanpa mencintai sastra, kalian tinggal hanya hewan yang pandai.

Lukisan adalah sastra dalam warna-warni. Sastra adalah lukisan dalam bahasa.

Kalau pribumi tak punya nama keluarga memang mereka tidak atau belum membutuhkan, dan itu tidak berarti hina. Kalau Nederland tak punya Prambanan dan Barabudur, jelas pada jamannya Jawa lebih maju daripada Nederland. Kalau Nederland sampai sekarang tak mempunyai, ya, karena memang tidak membutuhkan. 

Tidak setiap orang punya perhatian pada masalah kolonial, sebagaimana tidak setiap orang punya perhatian pada ilmu masak.

Mendapatkan guru baik saja. Tak ada pengetahuan percuma. Hanya rasanya mereka nampak bernafsu melihat aku jadi orang penting karena jasa mereka.

Perang kolonial dalam duapuluhlima tahun belakangan ini tak lain dari pada kehendak modal, kepentingan pasaran buat kelangsungan hidup modal di Eropa sana. Modal telah menjadi begitu kuasanya, maha kuasa. Dia menentukan apa harus dilakukan ummat manusia dewasa ini.

Perang selamanya adu kekuatan dan muslihat untuk keluar sebagai pemenang. 

Tanpa semangat, tak ada api. Keinginan aku punya, hanya keinginan. Tak lebih. Berbahagia, kau, bisa menulis.

Cinta tak lain dari sumber kekuatan tanpa bandingan, bisa mengubah, menghancurkan atau meniadakan, membangun atau menggalang.

Kecantikan mengangkat wanita di atas sesamanya, lebih tinggi, lebih mulia. Tetapi kecantikan, bahkan hidup sendiri menjadi sia-sia bila dikuasai ketakutan.

Jangan hanya ya-ya-ya. Tuan terpelajar, bukan yes-man. Kalau tidak sependapat, katakan. Belum tentu kebenaran ada pada pihakku.

Dalam kehidupan ilmu tak ada kata malu. Orang tidak malu karena salah atau keliru. Kekeliruan dan kesalahan justru akan memperkuat kebenaran, jadi juga membantu penyelidikan. 

Semakin tua kehidupan yang dihadapi semakin majemuk, maka orang harus semakin berani untuk dapat menghadapinya.

Keinginan itu harus disadari. Kalau tidak bisa jadi penyakit. Keinginan tak di sadari memerintah tubuh dengan kejam, tak mengenal ampun. Perasaan dan pikiran dikuasainya, diperintahnya. Kalau tidak disadari orang bertingkah-laku seperti orang sakit, bisa kacau.

Suatu perkara bisa jadi akibat perbuatan sendiri, juga tak jarang suatu kecelakaan belaka, yang bisa menimpa setiap orang; tak ada orang dapat mengira-ngirakan kapan kecelakaan bakal terjadi.

Memang begitu kehidupan kolonial di mana saja: Asia, Afrika, Amerika, Australia. Semua yang tidak Eropa, lebih-lebih tidak kolonial, diinjak, ditertawakan, dihina, hanya untuk berpamer tentang keunggulan Eropa dan keperkasaan kolonial, dalam segala---juga kejahilannya.

Mereka yang merintis ke Hindia ini, mereka hanya petualang dan orang tidak laku di Eropa sana. Disini mereka berlagak lebih Eropa. Sampah itu.

Apa yang kurasakan sekarang ini, perasaan rendah begini, adalah yang nenek-moyangku menamai nelangsa. Perasaan sebatang kara di tengah sesamanya yang sudah menjadi lain daripada dirinya, di mana panas matari ditanggung semua orang, tapi panas hati ditanggung seorang diri. Jalan yang terbuka hanya ke hati mereka yang senasib, senilai, seikatan, sepenanggungan.

Tunjukan pada dunia kau tidak gentar menghadapai mata setan pun. Biar kau jadi seperti yang lain-lain. Tak banyak yang dipinta mereka, hanya kembali jadi bagian mereka.

Pekerjaan pendidikan dan pengajaran tak lain dari usaha kemanusiaan. Kalau seorang murid di luar sekolah telah menjadi pribadi berkemanusiaan, kemanusiaan sebagai faham, sebagai sikap, semestinya kita berterimakasih dan bersyukur, sekalipun saham kita terlalu amat kecil dalam pembentukan itu.

Ternyata semakin banyak bergaul semakin banyak pola persoalan, yang sebelumnya tak pernah kubayangkan ada, kini bermunculan seperti cendawan.

Jangan lari dari persoalanmu sendiri, karena itu adalah hakmu sebagai jantan. Rebut bunga kecantikan, karena mereka disediakan untuk dia yang jantan. Juga jangan jadi kriminil dalam percintaan, yang menaklukan wanita dengan gemerincing ringgit, kilau harta dan pangkat. Lelaki belakangan ini adalah juga kriminil, sedang perempuan yang tertaklukkan hanya pelacur.

Haruan, perasaan manusia yang murni, airmata. Juga haruan adalah kesakitan, nyeri pada pedalaman, karena orang bertemu dengan kelahirannya sendiri sebagai manusia, telanjang bulat dari segala keseakanan dan peradaban.

Kalau kau masih Jawa, kau akan selalu bisa menulis Jawa. Kau menulis Belanda, karena kau sudah tak mau jadi Jawa lagi. Kau menulis untuk orang Belanda. Mengapa kau indahkan benar mereka? Mereka juga minum dan makan dari bumi Jawa. Kau sendiri tidak makan dan minum dari bumi Belanda.

Syarat satria Jawa: Wisma, wanita, turangga, kukila dan curiga. (Rumah, wanita, kuda, burung dan keris).
Wisma; Tanpa rumah orang tak mungkin satria. Orang hanya gelandangan. Rumah tempat seorang satria bertolak, tempat dia kembali. Rumah bukan sekedar alamat, dia tempat kepercayaan sesama pada yang meninggali.
Wanita; Wanita adalah lambang kehidupan dan penghidupan, kesuburan, kemakmuran, kesejahteraan. Dia bukan sekedar istri untuk suami. Wanita sumbu pada semua, penghidupan dan kehidupan berputar dan berasal. 
Turangga; Kuda itu, dia alat yang dapat membawa kau kemana-mana: ilmu, pengetahuan, kemampuan, ketrampilan kebisaan, keahlian dan akhirnya-- kemajuan. Tanpanya, takkan jauh langkahmu, pendek pengelihatanmu.
Kukila; burung itu, lambang keindahan, kelangenan (Hobby), segala yang tak punya hubungan dengan penghidupan, hanya dengan kepuasan batin pribadi. Tanpa itu orang hanya sebongkah batu tanpa semangat. 
Curiga; keris itu, lambang kewaspadaan, kesiagaan, keperwiraan, alat untuk mempertahankan yang empat sebelumnya. Tanpa keris yang empat akan bubar binasa bila mendapat gangguan. 

Seluruh dunia kini dapat mengawasi tingkah-laku seseorang. Dan orang dapat mengawasi tingkah-laku seluruh dunia.

Kalau soal hukum, orang tak perlu mengubah perasaan atau airmuka. Walhasil sama saja, apa orang tertawa, berjingkrak atau menangis meraung-raung. Dia tetap yang menentukan, hukum itu.

Omongkosong saja segala ilmu-pengetahuan Eropa yang diagung-agungkan itu. Omongkosong! Pada akhirnya semua akan berarti alat hanya untuk merampasi segala apa yang kami sayangi dan kami punyai: kehormatan, keringat, hak, bahkan juga anak dan istri.

Jumat, 25 November 2016

Marah Bumi

Judul diatas adalah sebuah judul lagu dari Superman Is Dead pada album ke-3 mereka Black Market Love yang dirilis tahun 2006.
Berikut penggalan lirik tersebut:

Manusia, dan sejuta alasan merusak bumi dengan kesombongan yang sempurna
Ketakpeduliannya, lelah aku bertanya.
Mungkinkah akan tiba hari terakhir di dunia?

Kapankah kita akan tersadar, bumi terluka ia pun menangis…
Bukalah mata, juga hatimu kawan, oh hari ini!

Manusia, cinta kemunafikan hancurkan bumi dengan kebodohan yang sempurna
Rasa ke-aku-annya, muak ku melihatnya
Mungkinkah akan tiba hari terakhir untuknya?

Coba pikirkan lagi semua yang pernah dan akan kau lakukan
Sudah cukupkah cinta yang ada tuk bumi pertiwi?

Lagu tersebut saya mainkan sambil berpikir “sekarang apa yang harus gue lakuin?” karena sebelum lagu itu dimainkan saya baru saja menonton sebuah film dokumenter Before The Flood (2016) tentang perubahan iklim yang dimainkan oleh Leonardo Dicaprio.

Saya tau film tersebut pun memang dari frontman band yang menciptakan lagu diatas dan sekaligus aktivis Forbali13, I Gede Ari Astina atau akrab disapa Jerinx. Dalam akun twitternya JRX (mungkin dia mau seperti JFK atau yang lagi hangat jadi tersangka penista agama BTP haha) merespon film tersebut dan menyebarkan karna membuat saya penasaran apalagi di dalam tweet tersebut ada kata “Ini nyawa taruhannya” membuat orang makin penasaran. Saya pun sampai merelakan film-film lain yang sudah masuk daftar film yang harus ditonton untuk film ini saking penasarannya.

Before The Flood atau dalam bahasa Indonesia “Sebelum Banjir” buat saya kurang tepat sebagai sebuah judul film tersebut, karena terlalu banyak efek buruk yang terjadi selain banjir akibat perubahan iklim bisa kekeringan, kelaparan, dan konflik dunia yang disebabkannya. Dan penyebab perubahan iklim yang terjadi adalah karena gaya hidup manusia dan industri atas nama pembangunan atau kemajuan yang membuat energi yang tidak berkelanjutan dikuras habis dan atmosfer yang semakin menipis akibat dari karbon dioksida dan gas metana.

Diawal film Leo bercerita mengenai masa kecilnya tentang sebuah Lukisan karya Hieronymus Bosch - The Garden of Earthly Delights yang dilukis pada tahun 1515.

Dilukisan itu seperti sebuah cerita ada sebuah tiga panel, panel pertama ada nabi Adam dan Hawa di Taman Eden dan sangat indah. Di panel kedua dosa-dosa mematikan mulai meresap ke dalam lukisan ada Overpopulasi, kesenangan duniawi dan tindakan yang berlebihan. Dan panel terakhir, panel yang paling menakutkan sebuah pemandangan yang gila hancur dan terbakar. “Sebuah surga yang direndahkan dan dihancurkan”.

Melalui film ini saya pun baru tau dan tidak percaya seorang Leonardo DiCaprio menjadi Duta Perdamaian PBB. Di film ini saya tidak melihat seorang pemenang Best Actor di Academy Awards tahun ini sedang berakting ketika dia benar-benar merasakan efek dari semua kerusakan akibat ulah manusia. Karena saya ikut merasakannya ketika dia ada di kutub utara yang sudah mencair, pabrik-pabrik di China yang banyak sekali mengeluarkan karbon dioksida, hutan-hutan di Sumatra yang dibakar yang membuat kepulan kabut asap dan hewan-hewan langka yang tidak punya tempat tinggal, gunung-gunung yang dikuras untuk batu bara, bahkan kota-kota megah Amerika yang banyak sekali gedung berkaca dan aktivitas pemborosan listrik dan minyak bumi.

Leo banyak mendatangi tempat-tempat didunia yang sudah rusak dan mewawancari orang-orang seperti masyarakat sekitar, ilmuan, Barack Obama, bahkan Paus Fransiskus agar semua umat manusia sadar akan perubahan iklim dan segera mencari solusi atas itu.

Diakhir film ada solusi-solusi yang bisa dilakukan agar kita tidak sampai ke panel ketiga tadi, salah satunya adalah mengubah gaya hidup, ini sedikit rumit karena orang pada umumnya tidak mau berubah apalagi terhadap suatu kultur atau budaya yang sudah ada atau memang gaya hidup tersebut masih sangat dibutuhkan. Solusi berikutnya bertransisi, dari energi fosil ke energi yang berkelanjutan seperti energi surya dan angin, ini terdengar mudah tetapi kenyataannya tidak juga, karena orang-orang yang ada dibalik pengeruk energi fosil ini adalah penguasa yang tidak mau keuntungannya hilang begitu saja dan mereka akan mempertahankannya dengan membuat orang-orang tidak memperdulikan akibat perubahan iklim yang terjadi saat ini. Padahal ini adalah sebuah fakta, tetapi setiap kebenaran mengancam kekuasaan.

Kembali ke pertanyaan dalam diri sendiri “sekarang apa yang harus gue lakuin?”. Saya sudah berusaha dengan cara saya, mulai menjadi vegetarian karena mengurangi energi untuk produksi makanan tersebut dan mengurangi gas metana dari sapi yang mengakibatkan atmosfer menipis, bumi makin panas, kutub mencair dan banjir. Sampai ikut membantu gerakan-gerakan dan aktivitas pro lingkungan hidup tetapi kenyataannya itu semua masih belum efektif untuk solusi saat ini yang sudah semakin parah.

Overpopulasi sudah terjadi, penduduk dunia saat ini sudah 8 Miliar! Padahal dulu hanya satu miliar dan untuk mencapai dua miliar perlu waktu seratus tiga puluh tahun, berikutnya perlu mencapai tiga puluh tahun, lima belas tahun, dua belas tahun dan sekarang hanya perlu enam tahun untuk menambah satu miliar lagi. Apalagi ada teori yang mengatakan bahwa daya tampung bumi hanya tiga sampai empat miliar orang. Jika orang semakin bertambah makanan untuk keperluan orang juga perlu ditambah dan begitu pun energi.

Belum lama saya juga menonton sebuah video Kuliah Umum Panglima TNI dan sangat berhubungan dengan dunia saat ini yang sedang dilanda perubahan iklim dan konflik yang diakibatkannya. Tetapi yang saya sangat sayangkan adalah solusinya hanyalah menjadi pemenang atas konflik-konflik yang terjadi dan bukan mengatasi akarnya secara “bersama” yaitu perubahan iklim yang sudah terjadi dan semakin parah ini.

Perubahan iklim sudah terjadi, bencana mulai bermunculan bumi semakin marah tetapi konflik-konflik dunia masih saja berlanjut dan belum usai, berebut tanah, kekuasaan, kekayaan sumber daya alam dan energi. Harusnya manusia bersatu untuk sama-sama mencari solusi dan bertindak agar bumi tidak lagi marah. Bukannya saling rebutan dan perang, karena kalau dunia masih berperang maka semuanya yang rugi dan yang untung hanyalah pemegang senjata karena perang adalah bisnis terbesar dunia ini! Bangun dan sadarlah, mari kita jaga kewarasan sebagai manusia.

“Menyatulah dengan alam, coba selami cara alam bergerak dan bereaksi, sayangi ia. Setelah itu baru namakan dirimu manusia” - JRX -

[ Billy Jon ]

Jumat, 04 November 2016

Agama Dipolitisasi

Agama dipolitisasi
Takbir dibarengi caci-maki
Tempat ibadah dibuat orasi
Majelis sambil demonstrasi

Mengajak kebaikan
Bukan melaknat keburukan
Situ imam atau setan
Kalau beriman ya pasti aman

Agama dipolitisasi
Dari jaman dulu kali
Sampai masa kini
Yaa begini

Agama bukanlah candu
Hanya orangnya yang mudah diadu
Situ domba atau madu
Madu yang manis walau berpadu

Agama dipolitisasi
Pasukan putih merasa suci
Tapi tindakan memaki-maki
Mengaku bela islami
Tapi kegiatan memprovokasi
Arggghhh dasar suci.. mendingku ngopi~

[Billy Jon]

Selasa, 01 November 2016

review Anthropoid (2016)

Awalnya saya mencari film-film biografi lama yang belum saya tonton, saya pun mulai browsing di forum-forum film. Dari mulai JFK (1993), Bridge of Spies (2015) dan The Flowers of War yang semuanya sudah saya tonton, ternyata ada film baru yang menarik perhatian saya sekilas lewat poster atau gambarnya yang berlogo swastika, itulah Anthropoid (2016).

Saya memang sedikit tertarik dengan film-film perang, utamanya Nazi. Bukan! Saya bukan pengemar Adolf Hitler apalagi Neo-Nazi atau ultranasionalis, saya tertarik karena rasa penasaran saya terhadap perang yang terjadi dan mengapa manusia.. itu pun kalau boleh dianggap manusia, seperti Hitler dengan Nazi dan SSnya dianggap yang paling kejam dimuka bumi ini.

Dari komentar para netizen banyak yang positif dan membuat semakin penasaran dengan Anthropoid ini, tetapi disisi lain ada yang menyatakan “ini baru suicide squad.. semua pemeran utamanya bunuh diri” spoiler? Mungkin.. dan untungnya saya jadi tidak ikut bunuh diri juga. Dengan komentar barusan saya berpikir “arghhh ini mah palingan tentang Berlin yang sudah dikepung Sekutu & Soviet.. ia Soviet! Musuh bebucutan sekutu, terus pada bunuh diri deh”. Tetapi dengan keterangan durasi yang hanya 2jam (untuk ukuran film biografi perang biasanya lebih lama –Red) dan keterangan lokasi di Praha, Cekoslovakia membuat saya berpikir ulang “kok di Ceko, bukan Berlin? Apa yang bikin filmnya orang Ceko atau lokasi syutingnya di Ceko?” ditambah lagi ada aktor yang saya sukai di film In Time, yaitu Cillian Murphy. Dengan semua pertimbangan itu entah mengapa akhirnya film sebesar 339mb untuk kualitas 360p saya download juga, walau sempat berpikir buruk dengan ini film sampai saya diamkan selama 2hari karena lebih memilih baca novel Leo Tolstoy – Anna Karenina dulu.

Seperti kebanyakan film lainnya diawal film ada.. apaya namanya saya tidak tau kata yang tepat untuk menggambarkannya, mungkin keterangan atau sinopsis yang melatarbelakangi kejadian tersebut. Film dimulai dengan dokumenter.. asli sepertinya, yang menyatakan di bulan september 1938 ada sebuah konferensi di Munich antara Adolf Hitler dan pemimpin Perancis, Italia & Inggris Raya. Hitler mengancam untuk perang kecuali negara-negara tetangga Cekoslovakia diserahkan kepada Jerman. Menghadapi Jerman tanpa sekutu pasukan pun ditarik dan Cekoslovakia diberikan tanpa satu tembakan pun. Satu tahun kemudian Jerman menyerang Polandia dan perang pun kembali pecah, ternyata pabrik-pabrik di Cekoslovakia penting dan Nazi pun menurunkan orang ketiganya, itulah Reinhard Heydrich. Metodenya yang kejam hingga dia dijuluki The Butcher of Praha atau kalo kata subtitlenya Tukang Jagal dari Praha.

Sepertinya pikiran buruk saya dengan film ini sebelumnya salah, karena film ini diluar ekspetasi saya.. film ini begitu epic memainkan ulang kisah nyata. Anthropoid atau yang lebih tepatnya Operasi Anthropoid adalah salah satu operasi dari pemerintah Cekoslovakia yang saat itu berada di London untuk melenyapkan Reinhard Heydrich agar Jerman tau bahwa masih ada perlawanan di Cekoslovakia. Menugaskan penerjun payung Josef Gabcik (Cillian Murphy) & Jan Kubis (Jamie Dornan) yang ternyata sudah terlambat karena penerima pesan Oldrich Novak dari Organisasi Jindra kaum resisten Cekoslovakia sudah ditangkap Gestapo dan pemerintah Cekoslovakia di London tidak tau karena sinyal pemancar mereka untuk berkomunikasi perlu diganti.

Bertemu dengan kaum resisten yang tersisa yang siap membantu Operasi Anthropoid dan walau ada pula Ladislav Vanek (Marcin Dorocinski) yang menentangnya karena menurutnya dengan membunuh Heydrich itu berarti membahayakan keluarga mereka dan masyarakat Cekoslovakia yang tidak bersalah. Ladislav pun memutuskan memberitahu situasi terkini dan meminta membatalkan operasi tersebut kepada pemerintah Cekoslovakia di London dan berdasarkan situasi tersebut akhirnya Operasi Anthropoid harus dibatalkan.

Dilain pihak, ada informan yang melihat surat, bahwa ada perintah Heydrich untuk kembali ke Berlin, ditambah lagi ada pembicaraan mengenai pengiriman baru ke Paris dan lusanya juga Heydrich harus segera ke Berlin. Hajsky (Toby Jones) salah seorang dari Organisasi Jindra kaum resisten ceko yang sejak awal mendukung Operasi Anthropoid pun berpikir “sekali Heydrich ke Berlin, dia mungkin tidak kembali lagi dan mungkin pemerintah ceko di London membatalkan karena hanya ingin membuat kaum Jindra tenang”. Akhirnya mereka pun yang sejak awal ditugaskan dan mendukung misi Anthropoid, memutuskan untuk tetap melakukan operasi ini.

Diperankan dengan sangat baik oleh Cillian Murphy dan juga Jamie Dornan. Anthropoid (2016) memberikan saya wawasan baru akan sejarah, perjuangan, pengkhianatan, dendam dan cinta.


[Billy Jon]


Jumat, 28 Oktober 2016

Wawancara oleh Najwa Shihab


Kemarin rabu saya datang ke acara paling mencerdaskan di Indonesia, apalagi kalau bukan Mata Najwa! Saya sebagai pemuda diminta menjadi narasumber tentang narkoba yang masih eksis aja walau sudah ada hukuman kebiri.. *eh hukuman mati.

Tidak perlu berlama-lama lagi berikut adalah cuplikan pertanyaan yang diberikan oleh mba nana, begitulah panggilan akrabnya, yang belum lama ini menang di PanasonicGlobal Awards 2016 untuk katagori Insan Pertelevisian Terbaik. Cekijok~



Apa anda setuju dengan kebijakan hukuman mati untuk pengedar narkoba?

Saya sih tidak setuju karena jelas  selain itu melanggar Hak Asasi Manusia dan biayanya juga sangat mahal, hukuman seperti itu kurang memberi efek terhadap menurunnya pengguna dan pengedar narkoba. Buktinya sampai saat ini masih ada saja yang tertangkap padahal penjara sudah penuh dan tidak restock lagi haha...


Hehehe (ketawa ala mba nana) kalau begitu menurut anda, apa yang membuat turunnya angka pengguna narkoba di Indonesia?

Yang pasti pertama itu edukasi, karena narkoba itu sudah ada sejak dulu tetapi tetap saja masih banyak sampai sekarang bahkan di negara maju sekalipun dan bandar-bandar besarnya jarang ada yang tertangkap, artinya ide tersebut (mengkonsumsi narkoba –Redmemang tidak bisa dibunuh. Yang bisa dilakukan adalah mengadu ide atau gagasan agar ide satunya (yang anti narkoba –Red) lebih unggul dari pada yang lain. Kalau hanya melarang itu sih sama saja mengkampanyekan narkoba karena akan membuat orang yang belum pernah akan penasaran untuk mencoba.


Edukasi seperti apa yang membuat ide Anti-Narkoba bisa lebih unggul?

Edukasi yang bukan hanya membuat orang terutama generasi muda, untuk menjauhi narkoba tetapi juga enggan untuk menyobanya dan mau untuk mencari tau bahaya narkoba atas minatnya sendiri bukan dipaksakan & mau mengkampanyekan anti-narkoba lewat passionnya entah itu musik, gambar, animasi dan lainnya. Kalau masyarakat sudah sadar bahwa narkoba itu berbahaya, tidak menguntungkan dan benar-benar tidak membutuhkan, saya kira dilegalkan pun narkoba tidak akan laku.


Bagaimana dengan rehabilitasi pengguna narkoba apa yang dilakukan selama ini sudah bisa dikatakan tepat?

Saya kira masih belum ya, karena yang saya lihat selama ini rehabilitasi hanya lewat psikologis atau motivasi-motivasi gitu, bahkan pernah ada yang sampai dirukiyah agar terbebas dari narkoba. Memang usaha seperti itu cukup membantu tetapi hanya untuk jangka pendek atau sebentar saja, setelah mereka bebas kebanyakan akan kembali lagi menjadi pengguna atau pengedar narkoba. Kenapa begitu, karena ketika kembali ke lingkungan lagi, teman-teman atau jaringannya masih yang itu-itu juga yang mungkin sebelumnya pernah pesta bareng. Makanya saya tidak habis pikir kenapa di setiap Lembaga Pemasyarakatan, para tahanan kasus narkoba dikumpul jadi satu sel atau blok. Bayangin aja satu sel atau blok diisi oleh orang yang punya kasus sama, artinya ada kesamaan pola pikir dan itu untuk beberapa tahun bahkan seumur hidup. Tentunya cukup menyenangkan berada di antara orang yang punya pemikiran sama dengan kita, minimal nyambunglah. Pasti disana ada cerita yang bisa dibagi terus lanjut diskusi, nantinya ada kemungkinan membuat rencana-rencana dan selanjutnya bukan hanya bisa memakai narkoba di dalam sel tapi menjalankan bisnisnya pun dibisakan oleh mereka.


Kalau untuk mengedarkan narkoba dari dalam sel bukannya ada faktor eksternalnya juga?

Ya memang pasti ada tetapi itu kan juga karena ada usaha dari dalam yang mencoba, entah menyuap kepala sipir, oknum polisi atau dari jaringan mereka yang berada di luar. Makanya saya tidak setuju dengan hukuman mati pengedar narkoba, karena mungkin mereka memang tidak takut mati atau sudah nekat agar bisa kaya dengan mudah & cepat. Mungkin bagi mereka dari pada jadi begal, maling atau rampok yang hasilnya tidak seberapa tetapi risikonya gede juga mending jadi bandar sekalian, atau mungkin kalau mereka punya Ijazah yang mumpuni saya kira mereka lebih milih jadi koruptor yang bisa pergi ke bali. Begal, maling atau rampok kalau tertangkap pasti ada yang kroyok bahkan ada yang dibakar massa padahal uangnya tidak seberapa, kalau bandar uangnya besar bisa bagi-bagi sama masyarakat sekitar setelah itu dapat perlindungan pula, kalau ada intel atau polisi yang grebek, bahkan bisa beli yang mau grebek agar tidak jadi dan mungkin ikut pesta bareng.


Nanti malah jadi grebek diri sendiri ya haha.. kalau begitu apa hukuman yang pantas bagi pengedar narkoda?

Maksimal sih penjara seumur hidup dan yang terpenting adalah jangan biarkan mereka bisa berkumpul dengan tahanan kasus yang sama, apalagi sesama jaringannya. Kalau bisa benar-benar diasingkan agar tidak punya lagi keinginan & kesempatan menjadi pengedar atau pengguna, ditambah rehabilitasi psikologis & edukasi tadi inshaallah mereka tidak gila dan mungkin setelah bebas mereka dengan kesadaran & keinginannya malah menjadi orang yang mengkampanyekan bahaya narkoba kepada masyarakat.


Sejauh ini peran sekolah & universitas apa sudah cukup membuat anak muda tau bahaya narkoba?

Sekolah & universitas memberikan peran, akan tetapi sejauh ini belum signifikan ya karena kalau hanya tau bahaya narkoba tetapi anak muda masih banyak yang ingin mencoba dan menjadi pengguna narkoba, sama juga bohong. Karena banyak pihak yang memanfaatkan keapatisan anak muda yang selalu ingin terlihat trendy, makanya harus dibuat sistem atau konsep pendidikan yang membuat anak muda mau berbuat & bertindak positif atas minat dan kesadarannya sendiri, itu tidak mudah tapi pasti bisa. Sampai sekarang masih banyak pihak yang tidak mau masyarakat lebih cerdas dan mau berbuat demikian, karena itu mengancam keuntungan & kekuasaan mereka. Lihat saja, sepertinya sekarang banyak yang lebih takut dengan kelompok pemuda yang membuka perpustakaan jalanan ketimbang pemuda yang membawa senjata tajam ditangan.


*Pemuda bawa senjata ditangan* “arggghhh palingan mau tawuran”
*Pemuda bawa buku dijalanan* “wahhhh bahaya laten...”


Ucapan Bung Karno pun masih relevan sampai sekarang.
"Apakah kamu miskin? Tidak! Kamu dimiskinkan. Apakah kamu bodoh? Tidak! Kamu dibodohkan. Oleh sebuah sistem”. 

Sampai sini saya tersadar ternyata saya sedang berada dikamar tidur, dengan tv yang masih menyala dan sarung yang sudah melorot menyisakan joni yang mau berontak dari sempak. Saya pun langsung beranjak bangun karena ternyata ada kerja bakti se-rukun warga dan kebetulan tetangga pun ada yang memainkan lagu Iwan Fals – Bangunlah Putra Putri Pertiwi dari speaker berbentuk kaleng dengan berlogo merk soda beracun. Saya tidak ingat sudah sarapan atau belum tapi setelahnya saya nyeduh kopi hitam & ikut kerja bakti dibantu PPSU. Srrruuuupppuutttt~