Sabtu, 18 Agustus 2018

Pramoedya Ananta Toer - Semua Anak Bangsa (Catatan dan Kutipan)


Dengan rendah hati aku mengakui; aku adalah bayi semua bangsa dari segala jaman, yang telah lewat dan yang sekarang. Tempat dan waktu kelahiran, orangtua, memang hanya satu kebetulan, sama sekali bukan sesuatu yang keramat.

Sepandai-pandai ahli yang berada dalam kekuasaan yang bodoh ikut juga jadi bodoh, Tuan.

Juga cinta, sebagaimana halnya dengan setiap benda dan hal, mempunyai bayang-bayang. Dan bayang-bayang cinta itu bernama derita. Tak ada satu hal pun tanpa bayang-bayang, kecuali terang itu sendiri.

Jangan kau kira bisa membela sesuatu, apalagi keadilan, kalau tak acuh terhadap azas, biar sekecil-kecilnya pun.

Betapa aneh kalau setiap kemuliaan dilahirkan di atas kesengsaraan yang lain.

Belajar berdiri sendiri! Jangan hanya jual tenaga pada siapapun! Ubah kedudukan kuli jadi pengusaha, biar kecil seperti apa pun; tak ada modal? Berserikat, bentuk modal! Belajar kerjasama! Bertekun dalam pekerjaan!

Penghinaan yang bodoh hanya akan memukul diri sendiri.

Kau pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin mereka itu terpelajar. Kau harus, harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu.

Pribumi Hindia, Jawa khususnya, yang terus-menerus dikalahkan di medan perang selama ratusan tahun, bukan saja dipaksa mengakui keunggulan Eropa, juga dipaksa merasa rendahdiri terhadapnya. Sedang Eropa, yang melihat Pribumi tidak mengidap penyakit rendahdiri nampak olehnya sebagai benteng perlawanan terhadapnya, yang juga harus ditaklukkan.

Jangan remehkan satu orang, apalagi dua, karena satu pribadi pun mengandung dalam dirinya kemungkinan tanpa batas.

Jangan agungkan Eropa sebagai keseluruhan. Di mana pun ada yang mulia dan jahat. Di mana pun ada malaikat dan iblis. Di mana pun ada iblis bermuka malaikat, dan malaikat bermuka iblis. Dan satu yang tetap abadi; yang kolonial, dia selalu iblis.

Kalau kau sudah mengetahui akar keiblisan kolonial, kau dibenarkan berbuat apa saja terhadapnya, kecuali bersekutu.

Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapa pun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, sampai jauh, jauh dikemudian hari.

Setiap bangsa yang terbelakang, dijajah oleh setiap dan semua yang lebih maju.

Ilmu pengetahuan modern memberikan inspirasi dan nafsu untuk menguasai: alam dan manusia sekaligus. Tak ada kekuatan lain yang bisa menghentikan nafsu berkuasa ini kecuali ilmu-pengetahuan itu sendiri yang lebih unggul, di tangan manusia yang lebih berbudi.

Semua yang dilahirkan memulai hidup tanpa mempunyai sesuatu kecuali tubuhnya dan nyawanya sendiri.

Barangsiapa muncul di atas masyarakatnya, dia akan selalu menerima tuntutan dari masyarakatnya; masyarakat yang menaikannya, atau yang membiarkannya naik.

Dokter didatangkan dari seluruh Jawa untuk menumpas. Pabrikgula besar tak boleh tumpas oleh cacar. Modal harus tetap hidup dan berkembang. Orang boleh mati.

Kehidupan ini seimbang, Tuan. Barangsiapa hanya memandang pada keceriaannya saja, dia orang gila. Barangsiapa memandang pada penderitaannya saja, dia orang sakit.

Tidak seharusnya orang mesti melihat keceriaan dan derita sebagai satu keseimbangan. Kan kehidupan lebih nyata daripada pendapat siapa pun tentang kenyataan.

Dan pidato dalam tulisan adalah seburuk-buruknya tulisan.

Pengarang yang baik, seyogyanya dapat memberikan kegembiraan pada pembacanya, bukan kegembiraan palsu, memberikan kepercayaan, hidup ini indah. Jangan pembaca itu dijejali dengan penderitaan tanpa kepercayaan bahwa, seberat-berat penderitaan juga bisa dilawan, dan begitu dilalui bukan saja hilang bobotnya sebagai penderitaan, malah terasa sebagai lelucon. Berilah harapan pada pembaca Tuan. Menggiring diri sendiri ke sarang cacar sama gilanya dengan takluk pada sang penderitaan. Selama penderitaan datang dari manusia, dia bukan bencana alam, dia pun pasti bisa dilawan oleh manusia.

Orang bisa percaya pada segala yang tidak benar. Sejarah adalah pembebasan dari kepercayaan tidak benar, perjuangan melawan kebodohan, ketidaktahuan.

Satu-dua keterangan tidak benar di tangan seorang terpelajar akan bisa berkembang jadi kekacauan umum.

Pada suatu kali kau akan kecewa karena anggapanmu sendiri. Bukan dia yang menentukan ukuran. Dia hanya seorang di antara berjuta manusia diatas bumi ini. Dan setiap orang di antara yang berjuta punya hak berpendapat. Mengapa kau gusar? Mengapa kalau orang punya pendapat lain daripada pendapatmu, perasaanmu terganggu? Dia juga berhak punya pendapatnya sendiri.

Ada lagi orang mempercayakan hidupnya pada kekuasaan kapital. Puluhan tahun ia kembangkan modal, dari benih kecil jadi pohon beringin yang rimbun. Tiba-tiba diketahuinya modal itu bukan miliknya yang syah, hanya hasil penipuan semata.

Dalam kehidupan orang dibunuh oleh yang justru sangat mengenalnya. Dan orang-orang Aceh itu, berapa banyak yang sudah dibunuh oleh orang Eropa yang justru tahu banyak tentang mereka, bahkan tentang segala-galanya? Coba, siapa yang bikin dia miskin dan terusir dari tanahnya? Orang-orang yang lebih tahu, lebih banyak tahu tentang petani dan pertanian.

Lambat tapi pasti sorak-soraiku sendiri dan dunia akan datangnya jaman modern hanya satu kesia-siaan semata. Yang modern memang hanya alat-alatnya, dan caranya. Manusia tetap, tidak berubah, di laut, darat, di kutub, dalam kekayaan dan kemiskinan bikinan manusia sendiri.

Dan sepatu oleh orang-orang sederhana ini dianggap telah mewakili kekuasaan Eropa, dianggap senyawa dengan senapan dan miriam kompeni. Mereka lebih takut pada sepatu daripada belati dan parang, pedang ataupun keris, tombak. Mereka sudah berhasil dibikin sedemikian rendahnya, oleh bangsa Eropa, oleh pembesar-pembesar pribumi sendiri. Mereka sudah sedemikian penakutnya, ketakutan sebagai pesangon dari kekalahan terus-menerus selama tigaratus tahun di medan-perang menghadapi peradapan Eropa.

Jarak berabad! Inilah mungkin yang dikatakan oleh guru sejarah dulu: jarak sosial, boleh jadi juga jarak sejarah. Dalam satu bangsa, dalam satu asal makan dan asal minum, di atas satu negeri, bahkan dalam satu andong, bisa terjadi suatu jarak, belum atau tidak disebrangi.

Yang dikatakan Modal lebih daripada hanya uang. Sesuatu yang mujarad, abstrak, punya kekuasaan gaib atas benda-benda nyata. Semua yang menyebabkan segala yang berpencaran berkumpul, yang berkumpul berpencaran, yang cair jadi beku, yang beku dicairkan. Segala berubah bentuk dalam genggamannya. Yang basah dia bikin kering yang kering jadi basah. Dewa baru yang mengepal seluruh dunia. Membosankan memang, tapi nyata. Produksi, dagang, tetesan keringat, angkutan, hubungan, saluran, dan tak ada satu orang pun bebas dari satu kekuasaan, pengaruh dan perintahnya. Dan, cara berpikir, cita-cita, dibenarkan atau tidak, direstui atau tidak olehnya juga.

Kekuasaan yang tak berasal dari limpahan modal tidak ada sekarang ini. Yang demikian hanya bisa terjadi pada masyarakat pengembara di padang rumput, padang pasir, hutan belantara, dan savanna. Sepandai-pandai orang, dan Stevenson manusia ulung abad ini pun, takkan dapat berikan lokomotif pada dunia, kalau modal nihil. Hanya dengan modal dia dapat perintah mendung menggerakan gerbong yang puluhan meter panjang. Tanpa modal orang tak bisa perintah petir menghidupkan telegraf dan telepon. Tanpa modal, pembesar-pembesar itu tinggal jadi wayang kulit tanpa gapit.

Apa yang diajarkan oleh guru-guruku kini terancam jungkirbalik oleh sang Modal. Semua ditaklukkan olehnya juga; pribadi, masyarakat dan bangsa-bangsa. Yang tak mau takluk menyingkir dan melarikan diri. Raja-raja, balatentara, Presiden Amerika Serikat, Prancis, sampai pada pengemis didepan warung atau gereja, berada dalam genggamannya. Bangsa-bangsa yang menolak kekuasaan modal akan mati merana dan lumpuh tanpa daya. Masyarakat yang melarikan diri daripadanya akan menjadi masyarakat jaman batu. Semua harus menerimanya sebagai kenyataan, suka atau tidak.

Berbagai macam penduduk akan pengaruh-mempengaruhi sampai-sampai pada dapurnya. Kau sendiri mungkin sudah menyukai kecap, tahu, taoco, bakmi, bakso, hungkwee tanpa kau rasakan lagi sebagai pengaruh penduduk bangsa lain. Bukan hanya pribumi disini, juga bangsa-bangsa Eropa disana. Orang menggunakan sendok dan garpu, orang makan spaghetti dan macaroni, juga pengaruh dapur Tionghoa. Semua yang menyenangkan ummat manusia, semua yang mengurangi penderitaannya, kebosanannya, semua yang mengurangi kepayahannya, di jaman sekarang ini akan ditiru oleh seluruh dunia.

Sekali suatu golongan bangkit, suatu bangsa bangkit, kekuatannya takkan dapat dibendung lagi.

Seperti kapal ini. Semua dibikin oleh tukang dan insinyur pandai. Mesin-mesinnya dibikin oleh penemu-penemu mahapandai. Tapi semua itu milik sang Modal. Yang tak bermodal hanya akan jadi kuli, tidak lebih, biar kepandaiannya setinggi langit, lebih pandai dari dewa-dewa Yunani dan Romawi sekaligus.

Inikah jaman modern, jaman kemenangan modal? Mesin dan penemuan baru ternyata tak bisa bicara apa-apa. Manusia tetap yang dulu juga, ruwet dan pusing dengan nafsunya yang sama dan itu-itu juga, seperti dijaman wayang dulu.

Sahabat dalam kesulitan adalah sahabat dalam segala-galanya. Jangan sepelekan persahabatan. Kehebatannya lebih besar daripada panasnya permusuhan.

Barangsiapa keluar dari medan perang sebagai pemenang, kesulitan dan pekerjaan selebihnya akan terasa encer dalam timbangan dan anggapan.

Orang rakus harta-benda selamanya tak pernah membaca cerita, orang tak berperadaban. Dia takkan pernah perhatikan nasib orang. Apalagi orang yang hanya dalam cerita tertulis.

Siapa bilang bukan urusanku? Semua yang terjadi dibawah kolong langit adalah urusan setiap orang yang berpikir. Kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaaan dan berpikiran waras ikut tersinggung, kecuali orang gila dan orang yang memang berjiwa kriminil, biar pun dia sarjana.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar