Jumat, 28 Oktober 2016

Wawancara oleh Najwa Shihab


Kemarin rabu saya datang ke acara paling mencerdaskan di Indonesia, apalagi kalau bukan Mata Najwa! Saya sebagai pemuda diminta menjadi narasumber tentang narkoba yang masih eksis aja walau sudah ada hukuman kebiri.. *eh hukuman mati.

Tidak perlu berlama-lama lagi berikut adalah cuplikan pertanyaan yang diberikan oleh mba nana, begitulah panggilan akrabnya, yang belum lama ini menang di PanasonicGlobal Awards 2016 untuk katagori Insan Pertelevisian Terbaik. Cekijok~



Apa anda setuju dengan kebijakan hukuman mati untuk pengedar narkoba?

Saya sih tidak setuju karena jelas  selain itu melanggar Hak Asasi Manusia dan biayanya juga sangat mahal, hukuman seperti itu kurang memberi efek terhadap menurunnya pengguna dan pengedar narkoba. Buktinya sampai saat ini masih ada saja yang tertangkap padahal penjara sudah penuh dan tidak restock lagi haha...


Hehehe (ketawa ala mba nana) kalau begitu menurut anda, apa yang membuat turunnya angka pengguna narkoba di Indonesia?

Yang pasti pertama itu edukasi, karena narkoba itu sudah ada sejak dulu tetapi tetap saja masih banyak sampai sekarang bahkan di negara maju sekalipun dan bandar-bandar besarnya jarang ada yang tertangkap, artinya ide tersebut (mengkonsumsi narkoba –Redmemang tidak bisa dibunuh. Yang bisa dilakukan adalah mengadu ide atau gagasan agar ide satunya (yang anti narkoba –Red) lebih unggul dari pada yang lain. Kalau hanya melarang itu sih sama saja mengkampanyekan narkoba karena akan membuat orang yang belum pernah akan penasaran untuk mencoba.


Edukasi seperti apa yang membuat ide Anti-Narkoba bisa lebih unggul?

Edukasi yang bukan hanya membuat orang terutama generasi muda, untuk menjauhi narkoba tetapi juga enggan untuk menyobanya dan mau untuk mencari tau bahaya narkoba atas minatnya sendiri bukan dipaksakan & mau mengkampanyekan anti-narkoba lewat passionnya entah itu musik, gambar, animasi dan lainnya. Kalau masyarakat sudah sadar bahwa narkoba itu berbahaya, tidak menguntungkan dan benar-benar tidak membutuhkan, saya kira dilegalkan pun narkoba tidak akan laku.


Bagaimana dengan rehabilitasi pengguna narkoba apa yang dilakukan selama ini sudah bisa dikatakan tepat?

Saya kira masih belum ya, karena yang saya lihat selama ini rehabilitasi hanya lewat psikologis atau motivasi-motivasi gitu, bahkan pernah ada yang sampai dirukiyah agar terbebas dari narkoba. Memang usaha seperti itu cukup membantu tetapi hanya untuk jangka pendek atau sebentar saja, setelah mereka bebas kebanyakan akan kembali lagi menjadi pengguna atau pengedar narkoba. Kenapa begitu, karena ketika kembali ke lingkungan lagi, teman-teman atau jaringannya masih yang itu-itu juga yang mungkin sebelumnya pernah pesta bareng. Makanya saya tidak habis pikir kenapa di setiap Lembaga Pemasyarakatan, para tahanan kasus narkoba dikumpul jadi satu sel atau blok. Bayangin aja satu sel atau blok diisi oleh orang yang punya kasus sama, artinya ada kesamaan pola pikir dan itu untuk beberapa tahun bahkan seumur hidup. Tentunya cukup menyenangkan berada di antara orang yang punya pemikiran sama dengan kita, minimal nyambunglah. Pasti disana ada cerita yang bisa dibagi terus lanjut diskusi, nantinya ada kemungkinan membuat rencana-rencana dan selanjutnya bukan hanya bisa memakai narkoba di dalam sel tapi menjalankan bisnisnya pun dibisakan oleh mereka.


Kalau untuk mengedarkan narkoba dari dalam sel bukannya ada faktor eksternalnya juga?

Ya memang pasti ada tetapi itu kan juga karena ada usaha dari dalam yang mencoba, entah menyuap kepala sipir, oknum polisi atau dari jaringan mereka yang berada di luar. Makanya saya tidak setuju dengan hukuman mati pengedar narkoba, karena mungkin mereka memang tidak takut mati atau sudah nekat agar bisa kaya dengan mudah & cepat. Mungkin bagi mereka dari pada jadi begal, maling atau rampok yang hasilnya tidak seberapa tetapi risikonya gede juga mending jadi bandar sekalian, atau mungkin kalau mereka punya Ijazah yang mumpuni saya kira mereka lebih milih jadi koruptor yang bisa pergi ke bali. Begal, maling atau rampok kalau tertangkap pasti ada yang kroyok bahkan ada yang dibakar massa padahal uangnya tidak seberapa, kalau bandar uangnya besar bisa bagi-bagi sama masyarakat sekitar setelah itu dapat perlindungan pula, kalau ada intel atau polisi yang grebek, bahkan bisa beli yang mau grebek agar tidak jadi dan mungkin ikut pesta bareng.


Nanti malah jadi grebek diri sendiri ya haha.. kalau begitu apa hukuman yang pantas bagi pengedar narkoda?

Maksimal sih penjara seumur hidup dan yang terpenting adalah jangan biarkan mereka bisa berkumpul dengan tahanan kasus yang sama, apalagi sesama jaringannya. Kalau bisa benar-benar diasingkan agar tidak punya lagi keinginan & kesempatan menjadi pengedar atau pengguna, ditambah rehabilitasi psikologis & edukasi tadi inshaallah mereka tidak gila dan mungkin setelah bebas mereka dengan kesadaran & keinginannya malah menjadi orang yang mengkampanyekan bahaya narkoba kepada masyarakat.


Sejauh ini peran sekolah & universitas apa sudah cukup membuat anak muda tau bahaya narkoba?

Sekolah & universitas memberikan peran, akan tetapi sejauh ini belum signifikan ya karena kalau hanya tau bahaya narkoba tetapi anak muda masih banyak yang ingin mencoba dan menjadi pengguna narkoba, sama juga bohong. Karena banyak pihak yang memanfaatkan keapatisan anak muda yang selalu ingin terlihat trendy, makanya harus dibuat sistem atau konsep pendidikan yang membuat anak muda mau berbuat & bertindak positif atas minat dan kesadarannya sendiri, itu tidak mudah tapi pasti bisa. Sampai sekarang masih banyak pihak yang tidak mau masyarakat lebih cerdas dan mau berbuat demikian, karena itu mengancam keuntungan & kekuasaan mereka. Lihat saja, sepertinya sekarang banyak yang lebih takut dengan kelompok pemuda yang membuka perpustakaan jalanan ketimbang pemuda yang membawa senjata tajam ditangan.


*Pemuda bawa senjata ditangan* “arggghhh palingan mau tawuran”
*Pemuda bawa buku dijalanan* “wahhhh bahaya laten...”


Ucapan Bung Karno pun masih relevan sampai sekarang.
"Apakah kamu miskin? Tidak! Kamu dimiskinkan. Apakah kamu bodoh? Tidak! Kamu dibodohkan. Oleh sebuah sistem”. 

Sampai sini saya tersadar ternyata saya sedang berada dikamar tidur, dengan tv yang masih menyala dan sarung yang sudah melorot menyisakan joni yang mau berontak dari sempak. Saya pun langsung beranjak bangun karena ternyata ada kerja bakti se-rukun warga dan kebetulan tetangga pun ada yang memainkan lagu Iwan Fals – Bangunlah Putra Putri Pertiwi dari speaker berbentuk kaleng dengan berlogo merk soda beracun. Saya tidak ingat sudah sarapan atau belum tapi setelahnya saya nyeduh kopi hitam & ikut kerja bakti dibantu PPSU. Srrruuuupppuutttt~