Judul Buku : Ilusi
Negara Islam: Ekspansi Gerakan Islam Transnasional di Indonesia
Editor : KH.
Abdurrahman Wahid
Penerbit : Gerakan
Bhineka Tunggal Ika, the Wahid Institute dan Maarif Institute
Edisi : 2009
Tebal : 321 halaman
Seperti diketahui, ide dan aspirasi pendirian negara
Islam di Indonesia telah melahirkan beragam respon dan tafsiran di masyarakat,
baik di kalangan Muslim maupun non-Muslim. Ada yang berpandangan, isu negara
islam sengaja dihembuskan untuk mendiskreditkan kelompok-kelompok Islam, tapi
sebagian yang lain mengakui dengan terus terang bahwa ide dan aspirasi
pendirian negara Islam dewasa ini benar-benar ada dan akan direalisasikan.
Gerakan
garis keras lahir karena hilangnya daya nalar dalam beragama dan kurangnya
pengetahuan tentang tujuan kehidupan ini. Pengetahuan yang terbatas membuat
hawa nafsu tidak mampu membedakaan antara "Jalan" dan
"Tujuan", dalam memahami Islam pun kerap mempersetankan ayat-ayat
lain yang tidak sejalan dengan ideologinya.
Terlihat sekali dengan maraknya khutbah yang
terang-terangan berisi anti demokrasi dengan alasan kebarat-baratan atau
pancasila tidak bisa diterima dalam islam karena buatan manusia. Lucu sekali
rasanya tinggal di negara demokrasi tetapi masih ada yang menggunakan nikmatnya
demokrasi untuk menolak demokrasi itu sendiri. Padahal dari dulu negara ini
sudah beranekaragam jadi kenapa harus dipaksakan menjadi seragam?!
Penyusupan ideologi memang tidak dirasakan oleh
banyak orang, gerakan ideologi sering tidak dirasakan dan disadari oleh mereka
yang dimasuki. Maka secara sistematis berkembang menjadi besar dan merasuk.
Dengan demikian, gerakan ideologis seperti itu akan semakin mekar dan berekspansi
secara sistemik, yang dikemudian hari baru dirasakan sebagai masalah serius
tetapi keadaan sudah tidak dapat dicegah dan dikendalikan karena telah meluas
sebagai gerakan yang dianut oleh banyak orang.
Isu penegakan syari'ah Islam seperti yang terlihat
dalam kasus keluarnya Perda-perda Syari'ah memang telah memunculkan spekulasi
yang mengarah pada ide pendirian negara Islam. Di samping itu, faktor korupsi,
tidak adanya jaminan kepastian hukum, proses peradilan yang tidak independen
dan sering direcoki berbagi kepentingan, juga telah memberi alasan pada
kelompok-kelompok garis keras untuk menawarkan alternatif hukum, walau
permasalahan yang sebenarnya bukan pada aspek diktum hukum melainkan aparat
hukum.
Apakah
Perda-perda Syari'ah Islam yang banyak bermunculan di tanah air kita
akhir-akhir ini akan menciptakan "Kebahagian" yang sebenarnya bagi
bangsa Indonesia jika sudah terbukti gagal di negara-negara lain?
Satu-satunya
cara untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan hidup yang sebenarnya di dunia
dan akhirat, adalah dengan mengikuti syari'ah dalam pengertian yang paling
dalam dan luas, yakni sebagai jalan menuju Allah swt. Realisasi semacam ini
bisa terlihat pada jiwa-jiwa yang tenang, yang berserah diri, tunduk, dan patuh
secara jasmaniah (fisikal), nafsaniyah (emosional) dan rohaniah (spiritual)
hanya kepada-nya, dan menjaga diri agar tidak didominasi oleh hawa nafsu.
Kebahagiaan dan kesempurnaan hidup tidak akan pernah bisa dicapai melalui
pemaksaan maupun formalisasi agama, tetapi melalui kesadaran yang tumbuh di
dalam hati. Ironisnya, hampir semua garis keras sepakat untuk menerapkan
syari'ah dalam arti sempit (hukum islam) sambil menolak spiritualitas untuk
mencapai tujuan yang sebenarnya.
Buku
hasil penelitian selama lebih dari dua tahun ini mengungkap asal usul, ideologi
dan agenda gerakan garis keras transnasional yang beroperasi di Indonesia,
serta rekomendasi membangun gerakan untuk menghadapi dan mengatasinya secara
damai dan bertanggung jawab.