Ya itulah jawabannya kalau ditanya “Mengapa Saya
Ingin Menempuh Pendidikan Hukum?” saya akan jawab dengan lantang “Menolak
Dibodohi”. Hukum di Indonesia masih jauh dari keadilan, tidak pandang bulu dan
penegakan pun belum jelas. Ya, hukum hanya dijadikan alat untuk memperkuat
kekuasaan. Makanya, akan sangat berbahaya jika rakyat tidak mengerti hukum atau
politik, terutama anak muda. Itulah mengapa pendidikan sangat penting agar kita
para rakyat jelata tidak terus dibodohi, tapi apa kita mau menuai pendidikan?
tidak semua, karena kebutuhan ekonomi lebih mendesak sementara pendidikan ada
diurutan belakang.
Kalau untuk kebutuhan ekonomi saja masih sulit,
bagaimana untuk pendidikan yang sekarang malah kebanyakan berorientasi pada
uang. Padahal seharusnya semua orang berhak untuk bisa belajar menjadi pintar
sesuai dengan Sila ke-5 “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia”.
Beruntung ternyata masih ada yang sadar bahwa pendidikan itu sangat penting,
Indonesia Jentera membuka untuk para pembaru hukum dengan beasiswa yang
membuktikan bahwa orientasinya bukan uang semacam perusahaan dan saya rasa
sudah tidak ada alasan lagi untuk kita tidak mau menempuh pendidikan.
Pendidikan di Indonesia sekarang hanyalah formalitas
belaka, terlihat sekali dari banyaknya bocoran Ujian Nasional sampai kasus
Ijazah palsu, belakangan ini. Integritas, Loyalitas dan Totalitas sudah
dianggap tidak penting karena Formalitas sangat menjanjikan, nilai dan
penghargaan yang mudah dimanipulasi jadi status bahwa orang itu cerdas atau
tidak. Akhirnya banyak orang lebih memilih untuk menyogok, menipu atau
menghalalkan segala cara agar nilai dan penghargaan dia peroleh tanpa kerja
keras.
Sistem ekonomi yang kompetitif ini memaksa kita
untuk mengganti apapun yang alami, indah dan bebas dengan sesuatu yang efesien,
seragam dan ber-uang. Pengacara, Jaksa atau orang yang mengerti hukum lebih
memilih menyelesaikan kasus-kasus tidak penting seperti perceraian artis dan
semacamnya sedangkan pelanggaran HAM yang hingga hari ini masih sering terjadi
di Indonesia diabaikan.
Semakin saya dewasa, semakin saya bingung melihat
dunia yang semakin absurd, realita yang semakin miskin hati, melihat alam dan
peradaban diperkosa tanpa malu oleh mesin-mesin berbentuk manusia. Selain
menolak dibodohi, berikut saya jelaskan alasan lain mengapa saya ingin menempuh
pendidikan hukum.
1. Motivasi, ya banyak orang yang memotivasi saya untuk
menempuh pendidikan hukum. Salah satunya Alm. Munir Said Thalib, dia adalah
seorang aktivis HAM. Beliau menggunakan ilmunya untuk menuntaskan kasus-kasus
pelanggaran hak asasi manusia dan membela orang-orang yang tertindas. Sampai
kapan pun beliau terus dikenang dan beliau terus berlipat ganda karena banyak
sekali orang yang termotivasi dengan pergerakannya, termasuk saya.
1. Pelanggaran HAM, sampai sekarang masih sering
terjadi di Indonesia dari Anak yang diterlantarkan orang tuanya sendiri sampai
diskriminasi terhadap kaum minoritas yang mengandung unsur SARA. Membuat saya
ingin bergerak untuk melakukan sesuatu atau sekedar berteriak bahwa dunia
sedang tidak baik-baik saja.
2. Korupsi, iya kata ini yang selalu menghantui para
rakyat jelata. Saya tidak tau bagaimana melawan korupsi yang sampai detik ini
masih sering terjadi di pemerintahaan bahkan sekolah. Iya sekolah saya pernah
ada kasus korupsi, tahun 2013 murid yang mendapat dana Bantuan Operasional
Pendidikan (BOP) dan Kartu Jakarta Pintar (KJP) belum mendapatkan haknya.
Sementara sekolah lain sudah sejak 3bulan sebelumnya, akhirnya kita para murid
inisiatif untuk mencari bukti dan kita turun kejalan untuk demo, berorasi
menuntut hak kita dan turunkan kepala sekolah yang sudah terbukti korupsi.
Seminggu sekolah diliburkan, osis rapat dengan guru akhirnya ketika masuk
kembali kita sudah mendapat hak kita dan kepala sekolah diganti, senang sekali.
Tapi kepala sekolah yang terbukti korupsi tetap menjadi guru dan ketika saya
lulus dia sudah bisa berjaya kembali.
3. Risih, iya semua itu membuat saya risih dan tidak
bisa tidur ketika mendengar berita di Indonesia yang semakin membuat saya
miris. Nenek yang dituntut 1tahun penjara dan denda 500jt hanya karena mencuri
kayu yang tidak seberapa. Tapi sedangkan penguasa atau pengusaha kaya yang
anaknya sedang terjerat hukum berat hingga menghilangkan nyawa seseorang bisa
bebas begitu saja tanpa proses hukum, iya hukum selalu tajam kebawah dan tumpul
keatas.
4. Minat, saya sekolah jurusan Teknik Komputer dan
Jaringan tapi ketika masih sekolah saya masih labil, belum tau jati diri yang
sebenarnya akhirnya hanya ikut-ikutan teman. Tapi sekarang saya sadar bahwa
minat saya bukan ke IT walau sempat tergiur dengan pekerjaan IT yang katanya
enak tapi buat apa kalau saya tidak senang melakukannya, itu hanya membohongi
diri saya sendiri. Makanya lebih baik saya melakukan apa yang saya suka atau
minat dan saya kembangkan itu mungkin nanti akan ketemu potensi diri saya.
Sekarang saya sangat berminat dengan hukum dan politik, saya jadi sering membaca buku bahkan buku-buku kiri seperti karya Tan Malaka dan Pramoedya Ananta Toer walau boleh dapat gratis via ebook, mulai berkecimpung dengan dunia aktivisme lewat sosial media hingga ikut aksi, dan saya senang melakukannya walau sekarang teman saya sendiri mulai mengomentari “sok pahlawan, ketuaan dan lain sebagainya” Tapi saya tidak peduli dengan itu karena saya tau itu sudah menjadi konsekuensi, belum lagi nanti ketika ada terror atau intimidasi, saya tidak akan takut. Mungkin mereka yang mencibir belum merasakan haknya terampas, jadi mereka mencibir perjuangan orang lain untuk mendapatkan haknya.
Mantap lanjutkan bro #menolakdibodohi
BalasHapus